Putranya Meninggalkan Rumah Selama Lima Tahun, Suatu Hari Seseorang Berkunjung ke Rumah dan Ibunya Menangis Sampai Meninggal Setelah Mendengar Rekaman Putranya


Kisah ini terjadi di sebuah desa kecil di bagian Tenggara.

Titin adalah wanita yang malang, tidak lama setelah melahirkan anak laki-laki bernama Dimas, suaminya mengalami kecelakaan dan meninggal.

Sejak itu, tinggal Titin dan Dimas, anak semata wayangnya, mereka melalui hari-harinya dengan susah payah.



Karena Titin tidak menjalani perawatan pasca melahirkan, sehingga muncullah akar penyakit pada dirinya.

Setiap melakukan banyak pekerjaan, sekujur badannya selalu sakit, dan untuk itu ia selalu harus minum obat untuk mengatasinya.



Hari demi hari berlalu, entah sudah berapa banyak derita yang dialami Titin, hingga akhirnya Dimas pun tumbuh besar.

Saat Dimas berusia 20 tahun, Titin yang mengalami kelelahan jangka panjang akhirnya ambruk.

Dimas segera membawa ibunya ke rumah sakit, dan setelah upaya penyelamatan yang mendebarkan, akhirnya Titin lolos dari maut, namun, ia sudah tidak dapat berbicara lagi.

Sementara itu, tabungan di rumah pun sudah habis, dan meninggalkan banyak hutang!

Dokter berkata Dimas, bahwa ibunya harus bergantung pada obat-obatan untuk menjaga fisiknya.


Dimas pun menjadi cemas, karena sisa tabungan di rumah sudah tidak seberapa lagi.

Sampai pada akhirnya, ia pun mendapat ide dan berkata pada ibunya, “Bu, tabungan kita sudah habis, sementara penyakit ibu tidak boleh ditunda. Aku dengar di luar bisa menghasilkan cukup banyak uang, aku ingin mencobanya. Aku pasti akan bekerja keras, dan akan segera kukirim ke ibu begitu dapat uang, kalau sempat aku pasti akan pulang menjenguk ibu. Sekarang ibu terpaksa harus tinggal sendirian di rumah tanpa Dimas, ibu jaga diri baik-baik ya!”

Titin hanya mengiyakan dengan menganggukan kepalanya pada Dimas.
Keesokkan harinya, Dimas pun berangkat ke kota untuk mencari kerja.

Dimas sampai di sebuah tempat penggalian tambang batubara. Dimas pernah mendengar bekerja disana bisa mendapatkan banyak uang dan tidak ada batas waktu kerja, semakin banyak kerja, maka uang yang didapat pun semakin banyak.

Demi mengumpulkan uang yang banyak, setiap hari selama puluhan jam Dimas berada di dasar pertambangan untuk menggali tanpa mengenal hari.

Walau pun berat, tapi demi ibunya, ia merasa semua yang dilakukannya itu layak untuk ibunya!

Saat hari pembagian upah, Dimas hanya mengambil sedikit untuk biaya hidupnya sehari-hari, sisanya ia kirim untuk ibunya.


Hari itu, sang ibu menerima kiriman uang dan telepon dari Dimas, anaknya.

Dimas menanyakan keadaan ibunya, dan mengingatkan untuk jaga diri baik-baik selama ia bekerja dan kalau ada waktu ia pasti akan pulang.

Walaupun sang ibu tidak dapat berbicara, tapi Dimas bisa mendengar hembusan senyum ibunya, dan Dimas menutup teleponnya setelah cukup lama ngobrol dengan sang ibu.

Waktu bergulir dengan cepat, tak terasa lima tahun pun berlalu, dan genap sudah lima tahun Dimas meninggalkan rumah dan ibunya, tapi Dimas belum juga pulang.

Sementara sang ibu selalu mendapat kiriman uang dan telepon dari Dimas. Setiap kali telpon, Dimas selalu bilang sibuk dan tidak ada waktu, ia ingin mencari uang yang banyak supaya ibunya bisa hidup dengan nyaman.

Ibunya selalu dihibur seperti itu lewat telepon selama 5 tahun. Hingga kondisi penyakitnya memburuk, saat hidupnya sudah di ujung tanduk, sang ibu tetap bertahan, karena dia belum melihat anaknya.

Kepala desa yang melihat keadaan Titin seperti itu, ia pun tak dapat menahan diri dan mengumpat, “Dasar Dimas anak kurang ajar, lima tahun tidak pernah pulang sekali pun menjenguk ibunya, bahkan sampai ibunya akan segera meninggal pun belum pulang juga, benar-benar anak durhaka!”

Tepat disaat kepala desa sedang emosi, tiba-tiba muncul seorang pria di depan pintu rumah Titin.

Ketika melihat Titin yang terbaring lemah di ranjang, ia pun seketika berlutut dan sambil menangis ia berkata, “Bibi, maafkan aku, karena selama ini telah membohongimu, sebenarnya anakmu sudah meninggal 5 tahun yang lalu, demi mengumpulkan uang yang banyak untukmu, ia bekerja sepanjang hari. Malam itu ketika semua orang telah beristirahat, hanya dia yang masih menggali di dalam pertambangan, tiba-tiba galiannya runtuh, dia terjebak di dalamnya, saat ditolong keluar, ia terus memanggilmu”

“Di akhir hidupnya ia sempat merekam suaranya dan memintaku untuk mengirimkan suara nya dan uang untukmu. Uang yang ia berikan padamu adalah hasil kerjanya dengan mempertaruhkan nyawa!”

Kemudian sambil mengambil telepon genggamnya, ia berkata pada Titin, “Saya nyalakan rekaman suara terakhir Dimas, anakmu.”

Dan sayup-sayup terdengar suara yang lemah, “Ibu, saat ibu mendengar rekaman ini, mungkin aku sudah tidak ada di dunia lagi, maafkan aku ibu, tidak bisa merawat dan menjaga ibu lagi di masa tua. Maafkan Dimas yang selama ini telah berbohong karena aku takut ibu tidak sanggup bertahan. Jika masih ada kehidupan yang akan datang, aku masih ingin menjadi anak ibu. aku pasti akan membahagiakan ibu!”


Sudut mata Titin yang terbaring lemah di ranjang itu sudah dibasahi oleh linangan air mata, dan perlahan-lahan nafasnya pun berhenti seiring dengan berakhirnya suara rekaman Dimas, anaknya.

Sumber Artikel/Foto: Erabaru.net

Subscribe to receive free email updates:

close